Welcome to my blog! :D

Friday 2 May 2014

Lanjutan Laporan KKL kelompok III kelas C2

BAB IV
PEMBAHASAN

A.       Proses Pembuatan Gula di PT Madu Baru

Bahan dasar dalam pembuatan tebu di pabrik gula madukismo PT Madu Baru adalah tebu yang diperoleh dari petani tebu dari berbagai daerah seperti Magelang, Yogyakarta sendiri, Purworejo, dan lain-lain. Proses produksi gula dilaksanakan pada bulan Mei-September sebab disitulah waktu panen tebu. Tebu-tebu yang telah dipanen, di bawa dengan kereta pengangkut yang kemudian mengalami tahap-tahap berikut sebelum menjadi gula:
1.      Penggilingan, pada proses ini sebenarnya dilakukan proses ekstraksi untuk memisahkan antara sari tebu yang cair (nira) dengan ampas tebu. Alat-alat yang digunakan adalah Unigrator Mark IV dan Cane Knife yang digabung dengan 5 penggiling dengan masing-masing terdiri atas 3 rol.
Ampas dari tebu akan dijadikan bahan bakar untuk stasiun ketel (pusat energi) sedangkan niranya akan diolah lebih lanjut untuk menjadi tebu, yaitu masuk ke proses pemurnian.
2.      Pemurnian, nira yang didapat dipanaskan dengan suhu 700-750°C, setelah itu direaksikan dengan Ca(OH)2 dalam defekator. Pereaksian ini mampu menghilangkan kotoran yang ada dalam nira. Setelah itu dilakukan proses sulfitasi, yakni pemberian SO2. Jernihlah nira setelah dilakukan proses-proses tersebut.
3.      Penguapan (evaporasi), dari nira yang jernih dengan konsentrasi rendah, akan ditingkatkan konsentrasinya dan kekentalannya pada proses penguapan ini. Proses ini dilakukan dengan suhu 110°C. konsentrasi nira yang mulanya 16% dapat naik menjadi 64% dengan tekstur yang lebih kental. Kemudian diberilah SO2 (gas) agar gula tampak pucat.
4.      Kristalisasi, proses ini adalah proses lanjutan dari nira yang mulai mengental yang kemudian akan dikristalkan menjadi butir-butir gula. Caranya dengan diuapkan lagi sampai melewati batas titik jenuh, suhu yang dibutuhkan berkisar antara 1000-1500°C. Proses ini akan menghasilkan kristal gula dan strup. Gula didinginkan terlebih dahulu dalam kultrog.
5.      Pemisahan, proses ini melalui proses putaran seperti sentrifuse. Proses ini dilakukan dengan karbonatasi yaitu mereaksikan gula dengan gas karbon. Dengan begitu, gula dan strup hasil proses kristalisasi tadi dapat terpisah. Hasil pemisahannya malah terdapat tiga, yaitu gula, strup, dan tetes tebu. Strup ini nantinya akan dibuat menjadi alkohol (etanol). Sedangkan gula akan masuk proses penyaringan.
6.      Penyaringan, proses ini digunakan untuk memisahkan antara gula kasar, halus, dan normal. Gula halus dan normal akan di kemas dan dikirim ke gudang gula, sedangkan gula kasar akan diproses lagi menuju proses kristalisasi.
Gambar 4.1 alur pembuatan gula
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg0GujHuAikxHdq34eWN1ROfzbFG6iKQJCgbbKGClA59NlKa9YkxqM1AYu5_iVjslg4lx-gBextKmhyT-jjxpTPqB0YOVv7Ssv1Yb4T4rSVufhyw0sBR9czA1x6t7_VWJFO8dCLrFwHibF/s320/IMG10197.jpg
(Sutrisnoman, 2011)

B.       Pembuatan Alkohol (bioetanol)
Bahan dasar dari pembuatan alkohol adalah strup dari hasil kristalisasi pada pembuatan gula yang dipisah dengan gula melalui proses pemisahan(sentrifuse). Pembuatan alkohol ini membutuhkan bahan-bahan lain seperti 5 kg urea, 5kg NPK, 5 liter H2SO4, serta ragi (bakteri Saccaromyces cerevisiae) 1 tabung. Alur proses dalam pembuatan alkohol adalah sebagai berikut:
1.      Pengenceran, strup yang didapat dari sentrifuse, diencerkan di tangki pengencer Brix 14’ tetes tebu. Sebelumnya, tetes tebu diukur teerlebih dahulu di tangki ukur.
2.      Penyaringan (filtrasi), tetes tebu di atur PH-nya sekitar 4,8. Kemudian diberi asam sulfat (H2SO4), sehingga tetes tebu tidak akan terkontaminasi dengan bakteri selain Saccaromyces cerevisiae nantinya di proses fermentasi.
3.      Fermentasi, tetes tebu yang telah diatur PH-nya tadi, kemudian dimasukkan ke dalam tangki (bisa dilihat di gambar 4.2) yang kemudian di dalamnya diberi bakteri Saccaromyces cerevisiae. Proses ini membutuhkan waktu selama sekitar 50 jam secara anaerob.
4.      Penyulingan (destilasi), setelah proses fermentasi, tetes tebu tadi disuling agar konsentrasinya naik menjadi 95% sehingga akan menjadi alkohol murni. Penyulingan ini dilakukan secara bertingkat (destilasi bertingkat). Dengan proses penyulingan ini, air (pelarut) yang ada dalam tetes tebu tadi akan dibuang, sehingga konsentrasi tetes tebu yang sudah menjadi alkohol sebab pemberian bakteri Saccaromyces cerevisiae tadi menigkat.

Description: D:\gj\Image1949.jpg
Gambar 4.1 tangki fermentasi

C.       Pembuatan Pupuk
Bahan utama pembuatan pupuk adalah blotong hasil proses pemurniandari nira. Blotong ini direaksikan dengan zat-zat organik yang kemudian akan menjadi pupuk yang mengandung N, P, dan K2. Pupuk ini mampu me-recycle tekstur tanah walaupun dalam waktu yang lama. Tanah yang telah diberi pupuk ini, dalam kurun waktu tertentu akan mengakibatkan kejenuhan pada tanah. Saat seperti ini, maka tanah harus dibalik agar mendapat O2 dan diberi pupuk tersebut lagi.
D. laboratorium pangan
Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Sampai saat ini masih banyak rumah tangga yang belum mampu mewujudkan ketersedian pangan yang cukup terutama dalam hal mutu/tingkat gizi. Dalam hal ini keanekaragaman pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat menuju pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Berbagai sumber pangan lokal pada beberapa wilayah masih dapat dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.
Konsumsi pangan yang beranekaragam diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi seseorang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun sekarang ini telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi sebagai bagian dari perubahan gaya hidup. Terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan siap saji dengan kalori tinggi, rendah kandungan seratnya. Adanya ketidakseimbangan dalam pola konsumsi ini telah mendorong timbulnya berbagai masalah kesehatan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori berkaitan erat dengan peningkatan prevalensi obesitas yang sering menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di antaranya hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Kekurangan sumber nutrisi tertentu seperti asam folat dapat juga mengakibatkan cacat bawaan pada bayi dan berbagai penyakit lainnya, selain itu kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia yang mengganggu produktivitas.
Menyikapi hal tersebut, menjadi sangat perlu dilakukan penelitian mengenai makanan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Dalam hal ini, penelitian pembuatan makanan sehat dilakukan dengan menggunakan bahan pangan lokal. Ketersediaan bahan pangan lokal cukup berkesinambungan sehingga dapat terjaga keberlanjutan produksi makanan sehat yang akan dilakukan.
Produk-produk pangan yang dikembangkan ini berasal dari bahan pangan lokal hasil pertanian diantaranya yaitu umbi-umbian, pangan sumber protein nabati (kacang-kacangan) dan rumput laut. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbohidrat. Makanan sehat yang dibuat dari umbi-umbian, mengandung serat, indeks glikemik yang rendah serta senyawa aktif yang dapat bermanfaat bagi para penderita diabetes mellitus. Kegiatan makanan fungsional untuk penderita diabetes melitus merupakan kegiatan unggulan program pangan yang bersinergi dengan salah satu kegiatan di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Bahan pangan lainnya yang dikembangkan yaitu kacang-kacangan sebagai sumber protein. Bahan pangan sumber protein dipilih mengingat fungsi protein yang sangat penting bagi tubuh. Dalam pembuatan makanan sehat dari sumber protein nabati ini akan dilakukan optimasi proses, termasuk proses fermentasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai cerna protein dalam tubuh. Dengan demikian diperoleh makanan sehat dengan tingkat kecernaan protein yang tinggi dalam tubuh sehingga dapat memperlancar metabolisme. Untuk meningkatkan nilai gizi bahan pangan perlu diperkaya misalnya dengan zat besi dan folat.
Selain itu, posisi geografis Indonesia yang merupakan pertemuan berbagai patahan bumi dan jalur gunung berapi di dunia, mengakibatkan frekuensi bencana alam berupa gempa bumi, gelombang tsunami dan letusan gunung berapi di Indonesia cukup tinggi. Kondisi tersebut menuntut sebuah budaya “sadar bencana” yang harus dikembangkan/diperkenalkan di masyarakat. UPT BPPTK LIPI sebagai salah satu institusi IPTEK, memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan teknologi yang menunjang upaya “sadar bencana” tersebut dalam bentuk makanan yang disiapkan untuk kondisi bencana.
Description: F:\isi_gudeg_kaleng.jpgDescription: F:\mangut (1).jpgDescription: F:\tepung_tempe2.jpg
E. laboratorium pakan
Kebutuhan produ khasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach).Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupannutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi prosesabsorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produkbioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.
Description: F:\lemofit.jpgDescription: F:\silase-1.jpg

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kegiatan KKL biologi ’13 adalah:
1.      Produk-produk PT Madu Baru adalah gula dipabrik gula madukismo, lalu alkohol di pabrik alkohol madukismo, dan pupuk.
2.      Proses pembuatan gula adalah penggilingan(ekstraksi), pemurnian, penguapan(evaporasi dengan suhu 110°c), pemasakan (kristalisasi), pemisahan dengan sentrifuse (putaran), dan penyaringan serta pengepakan.
3.      Proses pembuatan alkohol adalah pertama proses pengenceran, penyaringan (filtrasi, dengan PH 4,8 dan diberi H2SO4), fermentasi (dengan bakteri Saccaromyces cerevisiae selama 50 jam secara anaerob), destilasi (penyulingan, destilasi bertingkat, menigkatkan konsentrasi alkohol menjadi 95% dengan pembuangan air/pelarut)
4.      Proses pembuatan pupuk adalah dengan memanfaatkan limbah padat berupa blotong hasil sisa proses pemurnian pada gula. Blotong ini akan direaksikan dengan zat-zat organik yang nantinya pupukini akan mengandung N,P,dan K2.
5.      Laboratorium yang ada di LIPI Gunung Kidul,Yogyakarta adalah laboratorium pangan, laboratorium pakan, dan laboratorium teknik kimia dan lingkungan.
6.      Jenis kegiatan dalam laboratorium pangan adalah pengembangan di bidang pangan itu sendiri dengan produk-produk yang telah diluncurkan adalah seperti gudeg kaleng. Sedangkan pada laboratorium pakan adalah pengembangan di bidang pakan ternak (inovasi baru) seperti lemofit. Laboratorium terakhir adalah teknik kimia dan lingkungan seperti adanya pembangkit listrik tenaga surya, biogas,  pembuatan sabun transparan, dan sebagainya.
7.      Banyak sekali alat-alat laboratorium instrumen yang dimiliki LIPI gunung kidul seperti kedal, oven, lemari asam, rotary evaporator, destilator, dan lain sebagainya.

B.     Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1.      Saat di PT Madu Baru, pemilihan waktunya kurang tepat sehingga tidak bisa langsung melihat proses pembuatan gula sebab memang bukan waktunya produksi gula. Disarankan untuk kegiatan KKL depan, dipilih waktu yang tepat.
2.      Saat di LIPI maupun di Madukismo PT Madu Baru, seharusnya pemateri tidak hanya satu, sehingga peserta KKL tidak kesulitan mendapat informasi dari pemateri. Kendalanya adalah pemateri hanya satu, sedangkan peserta berjumlah ratusan


DAFTAR PUSTAKA


Arora, S.P. 1999. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gajah Mada     7University Press. Yogyakarta
http://psmadukismo.blogspot.com/2010/08
http:/bpptk.lipi.go.id
Munawar dan Harry Widjajanti. 2006. Mikrobiologi. FMIPA Unsri : Indralaya
Simoen, Sujanto.1996.Limbah yang Dapat Berperan sebagai Sumber K bagi Tebu. Jurnal Gula Indonesia. Vol. XXI, No.1
Sumarni.1984.Analisa beserta Alternatif Pemecahan Masalah Peningkatan Efisiensi Proses Produksi Etanol Fermentasi dan Keadaan Pemasarannya di PTP XIV Pabrik Spiritus dan Arak Palimanan. Laporan Praktek Lapangan. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor
Suriawiria, Unus. 1999. Pengantar Mikrobiologi Umum. 7Angkasa. Bandung
Suwardana, i wayan. 2007. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi bali sebagai kandidat biopreservatif. Jurnal veteriner. Vol 8. No 4 155-159



1 comment: