Welcome to my blog! :D

Friday 2 May 2014

Lanjutan Laporan KKL kelompok III kelas C2

BAB IV
PEMBAHASAN

A.       Proses Pembuatan Gula di PT Madu Baru

Bahan dasar dalam pembuatan tebu di pabrik gula madukismo PT Madu Baru adalah tebu yang diperoleh dari petani tebu dari berbagai daerah seperti Magelang, Yogyakarta sendiri, Purworejo, dan lain-lain. Proses produksi gula dilaksanakan pada bulan Mei-September sebab disitulah waktu panen tebu. Tebu-tebu yang telah dipanen, di bawa dengan kereta pengangkut yang kemudian mengalami tahap-tahap berikut sebelum menjadi gula:
1.      Penggilingan, pada proses ini sebenarnya dilakukan proses ekstraksi untuk memisahkan antara sari tebu yang cair (nira) dengan ampas tebu. Alat-alat yang digunakan adalah Unigrator Mark IV dan Cane Knife yang digabung dengan 5 penggiling dengan masing-masing terdiri atas 3 rol.
Ampas dari tebu akan dijadikan bahan bakar untuk stasiun ketel (pusat energi) sedangkan niranya akan diolah lebih lanjut untuk menjadi tebu, yaitu masuk ke proses pemurnian.
2.      Pemurnian, nira yang didapat dipanaskan dengan suhu 700-750°C, setelah itu direaksikan dengan Ca(OH)2 dalam defekator. Pereaksian ini mampu menghilangkan kotoran yang ada dalam nira. Setelah itu dilakukan proses sulfitasi, yakni pemberian SO2. Jernihlah nira setelah dilakukan proses-proses tersebut.
3.      Penguapan (evaporasi), dari nira yang jernih dengan konsentrasi rendah, akan ditingkatkan konsentrasinya dan kekentalannya pada proses penguapan ini. Proses ini dilakukan dengan suhu 110°C. konsentrasi nira yang mulanya 16% dapat naik menjadi 64% dengan tekstur yang lebih kental. Kemudian diberilah SO2 (gas) agar gula tampak pucat.
4.      Kristalisasi, proses ini adalah proses lanjutan dari nira yang mulai mengental yang kemudian akan dikristalkan menjadi butir-butir gula. Caranya dengan diuapkan lagi sampai melewati batas titik jenuh, suhu yang dibutuhkan berkisar antara 1000-1500°C. Proses ini akan menghasilkan kristal gula dan strup. Gula didinginkan terlebih dahulu dalam kultrog.
5.      Pemisahan, proses ini melalui proses putaran seperti sentrifuse. Proses ini dilakukan dengan karbonatasi yaitu mereaksikan gula dengan gas karbon. Dengan begitu, gula dan strup hasil proses kristalisasi tadi dapat terpisah. Hasil pemisahannya malah terdapat tiga, yaitu gula, strup, dan tetes tebu. Strup ini nantinya akan dibuat menjadi alkohol (etanol). Sedangkan gula akan masuk proses penyaringan.
6.      Penyaringan, proses ini digunakan untuk memisahkan antara gula kasar, halus, dan normal. Gula halus dan normal akan di kemas dan dikirim ke gudang gula, sedangkan gula kasar akan diproses lagi menuju proses kristalisasi.
Gambar 4.1 alur pembuatan gula
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg0GujHuAikxHdq34eWN1ROfzbFG6iKQJCgbbKGClA59NlKa9YkxqM1AYu5_iVjslg4lx-gBextKmhyT-jjxpTPqB0YOVv7Ssv1Yb4T4rSVufhyw0sBR9czA1x6t7_VWJFO8dCLrFwHibF/s320/IMG10197.jpg
(Sutrisnoman, 2011)

B.       Pembuatan Alkohol (bioetanol)
Bahan dasar dari pembuatan alkohol adalah strup dari hasil kristalisasi pada pembuatan gula yang dipisah dengan gula melalui proses pemisahan(sentrifuse). Pembuatan alkohol ini membutuhkan bahan-bahan lain seperti 5 kg urea, 5kg NPK, 5 liter H2SO4, serta ragi (bakteri Saccaromyces cerevisiae) 1 tabung. Alur proses dalam pembuatan alkohol adalah sebagai berikut:
1.      Pengenceran, strup yang didapat dari sentrifuse, diencerkan di tangki pengencer Brix 14’ tetes tebu. Sebelumnya, tetes tebu diukur teerlebih dahulu di tangki ukur.
2.      Penyaringan (filtrasi), tetes tebu di atur PH-nya sekitar 4,8. Kemudian diberi asam sulfat (H2SO4), sehingga tetes tebu tidak akan terkontaminasi dengan bakteri selain Saccaromyces cerevisiae nantinya di proses fermentasi.
3.      Fermentasi, tetes tebu yang telah diatur PH-nya tadi, kemudian dimasukkan ke dalam tangki (bisa dilihat di gambar 4.2) yang kemudian di dalamnya diberi bakteri Saccaromyces cerevisiae. Proses ini membutuhkan waktu selama sekitar 50 jam secara anaerob.
4.      Penyulingan (destilasi), setelah proses fermentasi, tetes tebu tadi disuling agar konsentrasinya naik menjadi 95% sehingga akan menjadi alkohol murni. Penyulingan ini dilakukan secara bertingkat (destilasi bertingkat). Dengan proses penyulingan ini, air (pelarut) yang ada dalam tetes tebu tadi akan dibuang, sehingga konsentrasi tetes tebu yang sudah menjadi alkohol sebab pemberian bakteri Saccaromyces cerevisiae tadi menigkat.

Description: D:\gj\Image1949.jpg
Gambar 4.1 tangki fermentasi

C.       Pembuatan Pupuk
Bahan utama pembuatan pupuk adalah blotong hasil proses pemurniandari nira. Blotong ini direaksikan dengan zat-zat organik yang kemudian akan menjadi pupuk yang mengandung N, P, dan K2. Pupuk ini mampu me-recycle tekstur tanah walaupun dalam waktu yang lama. Tanah yang telah diberi pupuk ini, dalam kurun waktu tertentu akan mengakibatkan kejenuhan pada tanah. Saat seperti ini, maka tanah harus dibalik agar mendapat O2 dan diberi pupuk tersebut lagi.
D. laboratorium pangan
Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Sampai saat ini masih banyak rumah tangga yang belum mampu mewujudkan ketersedian pangan yang cukup terutama dalam hal mutu/tingkat gizi. Dalam hal ini keanekaragaman pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat menuju pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Berbagai sumber pangan lokal pada beberapa wilayah masih dapat dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.
Konsumsi pangan yang beranekaragam diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi seseorang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun sekarang ini telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi sebagai bagian dari perubahan gaya hidup. Terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan siap saji dengan kalori tinggi, rendah kandungan seratnya. Adanya ketidakseimbangan dalam pola konsumsi ini telah mendorong timbulnya berbagai masalah kesehatan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori berkaitan erat dengan peningkatan prevalensi obesitas yang sering menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di antaranya hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Kekurangan sumber nutrisi tertentu seperti asam folat dapat juga mengakibatkan cacat bawaan pada bayi dan berbagai penyakit lainnya, selain itu kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia yang mengganggu produktivitas.
Menyikapi hal tersebut, menjadi sangat perlu dilakukan penelitian mengenai makanan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Dalam hal ini, penelitian pembuatan makanan sehat dilakukan dengan menggunakan bahan pangan lokal. Ketersediaan bahan pangan lokal cukup berkesinambungan sehingga dapat terjaga keberlanjutan produksi makanan sehat yang akan dilakukan.
Produk-produk pangan yang dikembangkan ini berasal dari bahan pangan lokal hasil pertanian diantaranya yaitu umbi-umbian, pangan sumber protein nabati (kacang-kacangan) dan rumput laut. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbohidrat. Makanan sehat yang dibuat dari umbi-umbian, mengandung serat, indeks glikemik yang rendah serta senyawa aktif yang dapat bermanfaat bagi para penderita diabetes mellitus. Kegiatan makanan fungsional untuk penderita diabetes melitus merupakan kegiatan unggulan program pangan yang bersinergi dengan salah satu kegiatan di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Bahan pangan lainnya yang dikembangkan yaitu kacang-kacangan sebagai sumber protein. Bahan pangan sumber protein dipilih mengingat fungsi protein yang sangat penting bagi tubuh. Dalam pembuatan makanan sehat dari sumber protein nabati ini akan dilakukan optimasi proses, termasuk proses fermentasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai cerna protein dalam tubuh. Dengan demikian diperoleh makanan sehat dengan tingkat kecernaan protein yang tinggi dalam tubuh sehingga dapat memperlancar metabolisme. Untuk meningkatkan nilai gizi bahan pangan perlu diperkaya misalnya dengan zat besi dan folat.
Selain itu, posisi geografis Indonesia yang merupakan pertemuan berbagai patahan bumi dan jalur gunung berapi di dunia, mengakibatkan frekuensi bencana alam berupa gempa bumi, gelombang tsunami dan letusan gunung berapi di Indonesia cukup tinggi. Kondisi tersebut menuntut sebuah budaya “sadar bencana” yang harus dikembangkan/diperkenalkan di masyarakat. UPT BPPTK LIPI sebagai salah satu institusi IPTEK, memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan teknologi yang menunjang upaya “sadar bencana” tersebut dalam bentuk makanan yang disiapkan untuk kondisi bencana.
Description: F:\isi_gudeg_kaleng.jpgDescription: F:\mangut (1).jpgDescription: F:\tepung_tempe2.jpg
E. laboratorium pakan
Kebutuhan produ khasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach).Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupannutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi prosesabsorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produkbioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.
Description: F:\lemofit.jpgDescription: F:\silase-1.jpg

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kegiatan KKL biologi ’13 adalah:
1.      Produk-produk PT Madu Baru adalah gula dipabrik gula madukismo, lalu alkohol di pabrik alkohol madukismo, dan pupuk.
2.      Proses pembuatan gula adalah penggilingan(ekstraksi), pemurnian, penguapan(evaporasi dengan suhu 110°c), pemasakan (kristalisasi), pemisahan dengan sentrifuse (putaran), dan penyaringan serta pengepakan.
3.      Proses pembuatan alkohol adalah pertama proses pengenceran, penyaringan (filtrasi, dengan PH 4,8 dan diberi H2SO4), fermentasi (dengan bakteri Saccaromyces cerevisiae selama 50 jam secara anaerob), destilasi (penyulingan, destilasi bertingkat, menigkatkan konsentrasi alkohol menjadi 95% dengan pembuangan air/pelarut)
4.      Proses pembuatan pupuk adalah dengan memanfaatkan limbah padat berupa blotong hasil sisa proses pemurnian pada gula. Blotong ini akan direaksikan dengan zat-zat organik yang nantinya pupukini akan mengandung N,P,dan K2.
5.      Laboratorium yang ada di LIPI Gunung Kidul,Yogyakarta adalah laboratorium pangan, laboratorium pakan, dan laboratorium teknik kimia dan lingkungan.
6.      Jenis kegiatan dalam laboratorium pangan adalah pengembangan di bidang pangan itu sendiri dengan produk-produk yang telah diluncurkan adalah seperti gudeg kaleng. Sedangkan pada laboratorium pakan adalah pengembangan di bidang pakan ternak (inovasi baru) seperti lemofit. Laboratorium terakhir adalah teknik kimia dan lingkungan seperti adanya pembangkit listrik tenaga surya, biogas,  pembuatan sabun transparan, dan sebagainya.
7.      Banyak sekali alat-alat laboratorium instrumen yang dimiliki LIPI gunung kidul seperti kedal, oven, lemari asam, rotary evaporator, destilator, dan lain sebagainya.

B.     Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1.      Saat di PT Madu Baru, pemilihan waktunya kurang tepat sehingga tidak bisa langsung melihat proses pembuatan gula sebab memang bukan waktunya produksi gula. Disarankan untuk kegiatan KKL depan, dipilih waktu yang tepat.
2.      Saat di LIPI maupun di Madukismo PT Madu Baru, seharusnya pemateri tidak hanya satu, sehingga peserta KKL tidak kesulitan mendapat informasi dari pemateri. Kendalanya adalah pemateri hanya satu, sedangkan peserta berjumlah ratusan


DAFTAR PUSTAKA


Arora, S.P. 1999. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gajah Mada     7University Press. Yogyakarta
http://psmadukismo.blogspot.com/2010/08
http:/bpptk.lipi.go.id
Munawar dan Harry Widjajanti. 2006. Mikrobiologi. FMIPA Unsri : Indralaya
Simoen, Sujanto.1996.Limbah yang Dapat Berperan sebagai Sumber K bagi Tebu. Jurnal Gula Indonesia. Vol. XXI, No.1
Sumarni.1984.Analisa beserta Alternatif Pemecahan Masalah Peningkatan Efisiensi Proses Produksi Etanol Fermentasi dan Keadaan Pemasarannya di PTP XIV Pabrik Spiritus dan Arak Palimanan. Laporan Praktek Lapangan. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor
Suriawiria, Unus. 1999. Pengantar Mikrobiologi Umum. 7Angkasa. Bandung
Suwardana, i wayan. 2007. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi bali sebagai kandidat biopreservatif. Jurnal veteriner. Vol 8. No 4 155-159



Laporan KKL Kelompok III kelas C2


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Madukismo, PG-PS ini adalah satu diantara 17 pabrik yang didirikan oleh Belanda dan berdiri sampai saat ini karena yang lainnya telah dibumi hanguskan oleh Jepang. Pabrik ini satu-satunya yang memproduksi gula dan alkhohol/spirtus. Pabrik ini dibangun pada tahun 1955 oleh Sri Sultan Hamangku Buwono IX. Setelah kurang lebih 3 tahun berdiri baru dilaksanakan peresmian oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958 (psmadukismo.blogspot.com)
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium (bppt.lipi.go.id)
Pengetahuan tentang industri dan teknologi di dalamnya merupakan suatu pengetahuan penting bagi mahasiswa biologi khususnya.ilmu tentang industri ini jarang sekali didapat di bangku perkuliahan, sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan yang langsung terjun ke lapangan umtuk mengamati secara langsung pengaplikasian teori-teori yang telah didapat di materi perkuliahan seperti proses destilasi, sentrifuse, dan lain-lain
Pernyataan-pernyataan di atas mendorong kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dilakukan oleh mahasiswa biologi ’13 UIN Maliki Malang sebagai ilmu lebih bagi mahasiswa di bidang industri (khususnya pengaplikasiannya). Dipilihlah pabrik gula madukismo yang memproduksi gula,pupuk, dan alkohol. Dipilih pula kunjungan ke LIPI Yoryakarta dengan laboratorium proses pangan, pakan, serta teknik kimia dan lingkungannya  yang dirasa mampu menambah pengetahuan mahasiswa tentang industri dan instrumen-instrumen di dalamnya.
B.     Identifikasi Masalah
Rumusan masalah dari kegiatan KKL ini adalah:
1.      Apa saja produk pabrik gula madukismo dan bagaimana proses produksinya?
2.      Laboratorium apa saja yang terdapat di LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta? Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan di dalamnya? Serta apa saja instrumen-instrumennya?
C.    Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan KKL ini adalah Membekali mahasiswa dengan pengetahuan tambahan tentang Industri dan teknologi di bidang Industri terkait teknik instrumentasi yang didapatkan di luar kampus sebagai upaya mendekatkan perguruan tinggi dengan lembaga penelitian dalam menghasilkan sarjana sains biologi yang dapat menjadi “Rahmatan Lil alamin”.
Tujuan dari laporan kali ini adalah:
1.      Untuk mengetahui produk-produk yang diproduksi pabrik gula madukismo dan proses produksinya.
2.      Untuk mengetahui macam-macam laboratorium yang terdapat di LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta, jenis kegiatannya, serta instrumen-instrumen yang ada di dalamnya.
D.    Kegunaan Laporan KKL
Kegunaan laporan KKL ini adalah:
1.      Sebagai hasil akhir tertulis dari kegiatan KKL yang telah dilakukan.
2.      Sebagai dokumentasi resmi kegiatan KKL jurusan biologi ’13 UIN Maliki Malang.

E.     Kerangka Pemikiran

Pengetahuan tentang industri dan teknologi di bidang industri terkait Teknik Instrumentasi.
 
 



















F.     Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL
Metode yang digunakan dalam pelaporan kegiatan KKL ini adalah metode observasi dan pencarian informasi lebih lanjut lewat media elektronik.

G.    Lokasi dan Waktu KKL
Kegiatan KKL  jurusan Biologi ’13 Universitas Islam Negeri  Maulana Malik Ibrahim Malang dilaksanakan di dua lokasi, yakni pabrik gula Madukismo, Yogyakarta pada Rabu, 16 April 2014 pukul 07.30-10.00 WIB dan di LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta pada kamis, 17 April 2014 terjadwal pukul 08.45-11.00 WIB.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Program Pakan dan Nutrisi Ternak
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach). Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produk bioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.
Beberapa produk melalui laboratorium pakan adalah lemofit sebagai peningkat rasa pada makanan ternak dan silase pakan komplit sebagai pengawetan makanan ternak. 
2.2 Program Teknologi Kimia dan Lingkungan
Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Dari 250.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di dunia, 30.000 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Banyak tumbuhan tropika ini telah dimanfaatkan antara lain sebagai biofarmaka. Maka penelitian yang sistematik perlu terus dilakukan untuk mengungkap secara optimal manfaat bahan alam di negara kita. Mengingat manfaat keanekaragaman hayati tersebut sangat beragam bagi manusia seperti sebagai biofuel, biofarmaka, biopestisida dan biofertilizer. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan dari alam dalam meningkatkan kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami, maka senyawa kimia yang jumlahnya sangat melimpah perlu terus diteliti dan digunakan bagi kepentingan rakyat Indonesia. Dengan beragamnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia itu, maka memungkinkan ditemukannya atau diisolasi senyawa kimia baru. Berdasarkan hal itu, sebagai negara yang termasuk negara mega biodiversity maka riset di bidang ini, menjadi salah satu ujung tombak riset di Indonesia.
Beberapa permasalahan global seperti krisis energi, pemanasan global dan krisis pangan, mendorong perkembangan IPTEK yang diaplikasikan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, teknologi yang akan dikembangkan dalam Program Teknologi Kimia dan Lingkungan diarahkan untuk menghadapi permasalahan tersebut dengan mengambil tema “Back to Bioproduct through Green Chemistry”. Program Teknologi Kimia dan Lingkungan dilakukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi berbagai bioproduk dan memperhatikan usaha-usaha dengan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu strategi yang tepat untuk perlindungan lingkungan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam adalah dengan menerapkan kebijakan produksi bersih untuk mengolah limbah atau memanfaatkannya agar memiliki nilai tambah bagi kehidupan.
Program teknologi kimia dan lingkungan mencakup beberapa kegiatan di antaranya adalah pengembangan energi alternatif ramah lingkungan berbasis biomassa serta pengembangan berbagai sumber energi baru dan terbarukan yang lain. Kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas nasional (PN) dan program unggulan di Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI yang bersinergi dengan satu kegiatan di Pusat Penelitan Kimia LIPI. Pengembangan berbasis biomassa dalam hal ini bahan pertanian diarahkan untuk biodegradable films sebagai bahan pengemas. Teknologi lingkungan akan memperhatikan aspek-aspek pengembangan sustainable development dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan khususnya pada penanggulangan limbah industri dan pelestarian lingkungan hidup.
Program teknologi kimia dan lingkungan lainnya dirancang untuk membentuk keunggulan melalui pemanfaatan bahan baku lokal dan memanfaatkan senyawa aktif untuk membentuk keunggulan pada produk baru. Produk-produk yang akan dikembangkan terutama yang berbahan baku empon-empon, mengkudu, daun sirih, bunga cranberry, pengembangan minyak atsiri dan bahan alam potensial lain. Produk-produk tersebut diolah secara kimia untuk memanfaatkan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Produk yang mengandung senyawa bioaktif tersebut, sangat bermanfaat bagi industri-industri obat, pangan dan kosmetika. Senyawa bioaktif tersebut telah diketahui mempunyai efek antibacterial, antiviral, antifungal, antioxidant, anticancer dan mempunyai kemampuan aksi-farmakologi yang lain.
Kita semua pasti tak asing dengan Gudeg sebuah makanan tradisional khas Yogyakarta. Makanan yang terbuat dari nangka muda ini kebanyakan tersaji di warung, rumah makan, maupun tempat lainnya. Sayang, kenikmatan Gudeg tidak bisa disajikan dalam waktu lama. Gudeg hanya bisa bertahan tidak lebih dari tiga hari saja.
Description: Proses Pembuatan Gudeg Kaleng
Berangkat dari hal itu, Kurniadi bersama tim peneliti LIPI lainnya membuat penelitian cara pengawetan Gudeg agar tahan lama. Riset dimulai sejak 2005 dan akhirnya menghasilkan proses pengalengan makanan yang membuat Gudeg bisa tetap segar selama setahun.
Prinsip utamanya adalah menekan sesedikit mungkin terjadinya kontak udara pada tahap pengepakan masakan Gudeg ke dalam kaleng. Untuk sterilisasi Gudeg dalam kaleng, digunakan teknologi hampa udara dengan suhu melebihi 121 derajat Celcius dengan tekanan dua atmosfer. Sehingga pada kondisi tersebut, bakteri pengurai mati.
Selain itu, Kurniadi menandaskan bahwa Gudeg kaleng produk dari Gunung Kidul (LIPI Yogyakarta) bebas pula dari bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pengawet.
Cara Pengawetan
Proses pengalengan Gudeg menggunakan kaleng ukuran 301 x 205 mm. Gudeg yang telah dihasilkan, difortifikasi (ditingkatkan zat gizinya) dengan asparagus (sayuran) untuk meningkatkan kandungan asam folatnya (vitamin). Hasil dari proses tersebut kandungan Gudeg berubah dan lebih bergizi.
Pengalengan dilakukan secara higienis dengan menggunakan peralatan modern yang telah menerapkan Good Manufacture Processatau cara produksi pangan yang baik. “Sehingga, produk Gudeg kaleng bisa terjamin secara kesehatan.
Langkah 1
Pengalengan diawali dengan bahan-bahan Gudeg yang telah siap diisikan ke dalam kaleng kemasan.
Langkah 2
Pengisian larutan media.
Langkah 3
Gudeg dalam kaleng masuk ke dalam alat penghampaan udara.
Langkah 4
Proses sterilisasi
Langkah 5
Pendinginan
2.4 Rumen sapi
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantung yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja okstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang 7dapat diasimilasi. Papila berkembang dengan baik, sehingga luas permukaan rumen bertambah 7 kalinya. Dari keseluruhan asam lemak terbang yang diproduksi 85 % diabsorbsi dari epitel retikula rumen (Suriawiria 1990: 163)
Kondisi dalam rumen adalah anaerobik, dan mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup dapat ditemukan didalamnya. Tekanan osmose pada7 rumen mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 38-420C, kurang lebih tetap dan pH dipertahankan oleh adanya absorpsi asam lemak dan amonia. Saliva yang masuk ke dalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahanan pH tetap pada 6,8. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar ion HCO3dan PO4(Arora 1999: 10).
            Rumen hewan pemamah biak mencerna makanan yang mengandung selulosa dan polisakarida melalui sistem lambung dengan bantuan mikroba. Karena didalam sistem lambung tersebut tidak tersedia enzim pemecah selulosa dan menyebabkan terjadinya jalinan kehidupan seperti simbiosis antar mikroba penghasil selulosa dengan sistem lambung hewan tersebut. Makanan hewan yang berupa rumput-rumputan dan jenis daun-daunan yang lainnya. Bahan tersebut sebagian besar ter7susun oleh polisakarida tananian dan selulosa yang tidak larut dalam air, tetapi dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh sekelompok mikroba, maka bahan-bahan tersebut dapat dicerna dan dimanfaatkan dalam proses-proses metabolisme tubuh hewan (Suriawiria 1999: 163).
Selulosa, hemiselulosa, dan pektin dapat dicerna dengan baik sedangkan lignin tidak dapat dicerna sama sekali. ADF mengandung 15 % pentosan yang disebut “micellar protein” yang kurang dapat dicerna melainkan karbohidrat jenis lainnya. Lignin mempengaruhi proses pencernaan hanya jika berada di dalam dinding sel. Hal inilah yang menyebabkan rumput dengan kandungan lignin rendah tetapi mempunyai lebih banyak dinding sel kurang dapat dicerna dibandingkan Leguminoceae yang memiliki lignin dua kali lebih banyak. Dan hal ini disebabkan Leguminoceae rata-rata mempunyai kandungan dinding sel yang lebih rendah dari pada rumput-rumputan Graminaceae (Arora 1999: 17).
Didalam rumen, spesies-spesies bakteri dan protozoa yang berbeda-beda saling berinteraksi melalui hubungan simbiosis dan menghasilkan produk-produk yang khas seperti selulosa, hemiselulosa, dan pati. Melalui pencernaan polimer tumbuhan, bakteri-bakteri tertentu akan bertanggungjawab dalam proses fermentasi pregastris membentuk asetat, propionat butirat, CO2 dan H2. Spesies bakteri metanogenik mempergunakan CO2, H2 dan formal untuk membentuk metana. Beberapa spesies memproduksi monia dan asam lemak terbang berantai cabang dari asam-asam amino tertentu (Suriawiria 1999: 168).
Kalau diketahui bahwa volume lambung sapi adalah 100 liter dan lambung kambing adalah 6 liter, maka sebenarnya dengan terjadinya proses enzimatis di dalamnya, maka lambung tersebut adalah bejana fermentasi (fermentator) alami yang menakjubkan, dengan temperatur konstan 39 0C. Bahan makanan yang memasuki bejana tersebut akan tercampur dengan mikroba fermentatif selama lebih kurang 9 jam. Selama itu bakteri selulolitik dan protozoa akan menghidrolisis selulosa menjadi disakarida-selubiose dan monosakarida glukosa (Suriawiria 1999: 163).
            Saluran pencernaan manusia ataupun hewan diperkirakan mengandung flora normal sampai 10 pangkat 12 bakteri pergram isi seluruh cerna dan setidak-tidaknya terdiri atas 500 spesies yang sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Drasar dan Hill, 1974 dalam salminan dan Wright, 1998: Gorbach, 2001). Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yang dapat hidup hanya dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, dan memiliki daya cerna yang tinggi terhadap makanan berserat (Bandini, 2003). Bertitik tolak pada sifat perintis dan daya cernanya yang tinggi trhadap makanan berserat tersebut. Maka sangatlah mungkin bahwa cairan rumen sapi bali (Suwardana.2007;155).
2.5 Biofuel
Biofuel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan organik. Jadi, definisibiofuel mencakup bahan bakar yang dibuat dari tumbuhan maupun hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat diperbaharui, artinya bahan bakar ini dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang bisa ditumbuhkan atau dibiakkan (Arrasyi, 2008).
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. (Trihadiningrum, 1995).


BAB III
OBYEK Kegiatan KKL

A.  Pabrik Gula Madukismo, PT Madu Baru
PG-PS adalah satu diantara 17 pabrik yang didirikan oleh Belanda dan berdiri sampai saat ini karena yang lainnya telah dibumi hanguskan oleh Jepang. Pabrik ini satu-satunya yang memproduksi gula dan alkhohol/spirtus. Pabrik ini dibangun pada tahun 1955 oleh Sri Sultan Hamangku Buwono IX. Setelah kurang lebih 3 tahun berdiri baru dilaksanakan peresmian oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958.
Dulunya pabrik ini hanya memproduksi gula, tapi mulai tahun 1959 hingga saat ini mengelola gula dan alkhohol/spirtus. Tanggal 14 juni 1955 memiliki nama P2G MADU BARU PT. saat itu yang memegang saham terbanyak dimilki Sri Sultan Hamangku Buwono IX yaitu 75%, sedangkan 25%nya milik pemerintah RI. Saat ini sudah dirubah kepemilikan saham menjadi 65% milk Sri Sultan Hamagku Buwono X, 35 % milik pemerintah (dikuasakan pada PT. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA, sebuah BUMN).
Maksud dan tujuan didirikannya pabrik yaitu agar masyarakat Indonesia bisa menikmati hasil pertanian dalam negri tidak hanya produk-produk dari luar. Sehingga pabrik tetap dipertahankan meskipun dulu pernah ada pilihan yang mengakibatkan perusahaan dibawah pimpinan PT. RAJAWALI NUSANTARA .
VISI
PT. MADU BARU menjadi perusahaan agro industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.
MISI
1.      Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualiatas untuk memenuhi permintaan masyarakat industri di Indonesia
2.      Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan degnan petani.
3.      Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
4.      Menempatkan karyawan dan stake holders lainya sebagai bagian terpenting dalamproses penciptaan keunggulan perusahaan dan pendapaian share holder values.
Kemajuan-Kemajuan Yang Dicapai
PG MADU KISMO
-          Desain awal 1.500 ton tebu perhari (tt)
-          Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi 2500 tth
-          Tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi 3000 tth
-          Tahun 2000 – sekarang berhasil mencapai hingga 3500 tth


PS MADU KISMO
-          Tahun 1976 awal 15.000 liter alcohol per hari
-          Tahun 2002 ditingkatkan menjadi 25000 liter per hari

B.  UPT BPPTK LIPI (YOGYAKARTA)
Obyek selanjutnya adalah UPT BPPTK LIPI yang bertempat di gunung kidul. VISI LIPI adalah Menjadi lembaga ilmu pengetahuan nasional berkelas dunia yang dapat mendorong terwujutnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. Mengacu visi LIPI di atas, maka ditetapkan arah dan tujuan UPT BPPTK LIPI yaitu menjadi satuan kerja yang unggul, profesional dan humanis dalam pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang proses dan teknologi kimia,pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.
Sedangkan Misi dari LIPI adalah:
1.      Menciptakan great science dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
2.      Mendorong (meningkatkan) pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance yang dapat memantapkan NKRI.
3.      Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan.
4.      Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional.
5.      Memperkuat infrasruktur kelembagaan (Penguatan manajemen dan sistem)
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1.    kepada dunia ilmu pengetahuan
2.     kepada masyarakat
3.    kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Struktur Organisasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
Description: D:\kkl\struktur baru.jpg