BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Madukismo,
PG-PS ini
adalah satu diantara 17 pabrik yang didirikan oleh Belanda dan berdiri sampai
saat ini karena yang lainnya telah dibumi hanguskan oleh Jepang. Pabrik ini
satu-satunya yang memproduksi gula dan alkhohol/spirtus. Pabrik ini dibangun
pada tahun 1955 oleh Sri Sultan Hamangku Buwono IX. Setelah kurang lebih 3
tahun berdiri baru dilaksanakan peresmian oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada
tanggal 29 Mei 1958 (psmadukismo.blogspot.com)
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan
kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK)
LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian
dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar
di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut
adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan
pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan
administrasi dan beberapa percobaan laboratorium (bppt.lipi.go.id)
Pengetahuan tentang industri dan teknologi di
dalamnya merupakan suatu pengetahuan penting bagi mahasiswa biologi
khususnya.ilmu tentang industri ini jarang sekali didapat di bangku
perkuliahan, sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan yang langsung terjun ke
lapangan umtuk mengamati secara langsung pengaplikasian teori-teori yang telah
didapat di materi perkuliahan seperti proses destilasi, sentrifuse, dan
lain-lain
Pernyataan-pernyataan di atas mendorong
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dilakukan oleh mahasiswa biologi ’13
UIN Maliki Malang sebagai ilmu lebih bagi mahasiswa di bidang industri
(khususnya pengaplikasiannya). Dipilihlah pabrik gula madukismo yang
memproduksi gula,pupuk, dan alkohol. Dipilih pula kunjungan ke LIPI Yoryakarta
dengan laboratorium proses pangan, pakan, serta teknik kimia dan lingkungannya yang dirasa mampu menambah pengetahuan mahasiswa
tentang industri dan instrumen-instrumen di dalamnya.
B.
Identifikasi
Masalah
Rumusan masalah
dari kegiatan KKL ini adalah:
1.
Apa saja produk pabrik gula madukismo dan
bagaimana proses produksinya?
2.
Laboratorium apa saja yang terdapat di LIPI
Gunung Kidul, Yogyakarta? Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan di dalamnya?
Serta apa saja instrumen-instrumennya?
C.
Maksud dan
Tujuan
Maksud dari kegiatan KKL ini adalah Membekali
mahasiswa dengan pengetahuan tambahan tentang Industri dan teknologi di bidang
Industri terkait teknik instrumentasi yang didapatkan di luar kampus sebagai
upaya mendekatkan perguruan tinggi dengan lembaga penelitian dalam menghasilkan
sarjana sains biologi yang dapat menjadi “Rahmatan Lil alamin”.
Tujuan dari laporan kali ini adalah:
1.
Untuk mengetahui produk-produk yang diproduksi
pabrik gula madukismo dan proses produksinya.
2.
Untuk mengetahui macam-macam laboratorium yang
terdapat di LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta, jenis kegiatannya, serta
instrumen-instrumen yang ada di dalamnya.
D.
Kegunaan
Laporan KKL
Kegunaan laporan KKL ini adalah:
1.
Sebagai hasil akhir tertulis dari kegiatan KKL
yang telah dilakukan.
2.
Sebagai dokumentasi resmi kegiatan KKL jurusan
biologi ’13 UIN Maliki Malang.
E.
Kerangka
Pemikiran
![]() |
|||
|
F.
Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL
Metode
yang digunakan dalam pelaporan kegiatan KKL ini adalah metode observasi dan
pencarian informasi lebih lanjut lewat media elektronik.
G.
Lokasi dan Waktu KKL
Kegiatan
KKL jurusan Biologi ’13 Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang dilaksanakan di dua lokasi, yakni pabrik gula Madukismo, Yogyakarta pada
Rabu, 16 April 2014 pukul 07.30-10.00 WIB dan di LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta
pada kamis, 17 April 2014 terjadwal pukul 08.45-11.00 WIB.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Program Pakan dan
Nutrisi Ternak
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya
kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar
kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas
hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach).
Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu
perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan
pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu
keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam
penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient)
yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan
teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui
pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas
pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive). Pemberian
suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek
produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar
dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu
peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat
sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber
dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan
harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi,
rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa
hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan
dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan
fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung
kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan
suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro
sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan
pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak.
Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut
diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus
kualitas produk ternak.
Kegiatan
penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan
penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan
(growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator)
dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah
produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan
memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang
mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi
sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produk bioaditive
yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan
kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama,
aman dan menyehatkan.
Integrasi
peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem
budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan
ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer
yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk
yang memiliki spesifikasi bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan
program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.
Beberapa produk
melalui laboratorium pakan adalah lemofit sebagai peningkat rasa pada makanan
ternak dan silase pakan komplit sebagai pengawetan makanan ternak.
2.2 Program Teknologi Kimia dan Lingkungan
Indonesia yang
dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati memiliki lebih dari 30.000 spesies
tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat.
Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan kedua terbesar di dunia setelah
Brazil. Dari 250.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di dunia,
30.000 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Banyak tumbuhan tropika ini
telah dimanfaatkan antara lain sebagai biofarmaka. Maka penelitian yang
sistematik perlu terus dilakukan untuk mengungkap secara optimal manfaat bahan
alam di negara kita. Mengingat manfaat keanekaragaman hayati tersebut sangat
beragam bagi manusia seperti sebagai biofuel, biofarmaka, biopestisida dan
biofertilizer. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan
dari alam dalam meningkatkan kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai
penyakit secara alami, maka senyawa kimia yang jumlahnya sangat melimpah perlu
terus diteliti dan digunakan bagi kepentingan rakyat Indonesia. Dengan
beragamnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia itu, maka memungkinkan
ditemukannya atau diisolasi senyawa kimia baru. Berdasarkan hal itu, sebagai
negara yang termasuk negara mega biodiversity maka riset di bidang ini,
menjadi salah satu ujung tombak riset di Indonesia.
Beberapa
permasalahan global seperti krisis energi, pemanasan global dan krisis pangan,
mendorong perkembangan IPTEK yang diaplikasikan untuk mengatasinya. Oleh karena
itu, teknologi yang akan dikembangkan dalam Program Teknologi Kimia dan
Lingkungan diarahkan untuk menghadapi permasalahan tersebut dengan mengambil
tema “Back to Bioproduct through Green Chemistry”. Program Teknologi
Kimia dan Lingkungan dilakukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi
berbagai bioproduk dan memperhatikan usaha-usaha dengan meminimalkan dampak
terhadap lingkungan. Salah satu strategi yang tepat untuk perlindungan lingkungan
dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam adalah dengan menerapkan kebijakan
produksi bersih untuk mengolah limbah atau memanfaatkannya agar memiliki nilai
tambah bagi kehidupan.
Program
teknologi kimia dan lingkungan mencakup beberapa kegiatan di antaranya adalah
pengembangan energi alternatif ramah lingkungan berbasis biomassa serta
pengembangan berbagai sumber energi baru dan terbarukan yang lain. Kegiatan ini
merupakan salah satu program prioritas nasional (PN) dan program unggulan di
Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI yang bersinergi dengan satu
kegiatan di Pusat Penelitan Kimia LIPI. Pengembangan berbasis biomassa dalam
hal ini bahan pertanian diarahkan untuk biodegradable films sebagai
bahan pengemas. Teknologi lingkungan akan memperhatikan aspek-aspek pengembangan sustainable development dalam mengatasi berbagai
masalah lingkungan khususnya pada penanggulangan limbah industri dan
pelestarian lingkungan hidup.
Program
teknologi kimia dan lingkungan lainnya dirancang untuk membentuk keunggulan
melalui pemanfaatan bahan baku lokal dan memanfaatkan senyawa aktif untuk
membentuk keunggulan pada produk baru. Produk-produk yang akan dikembangkan
terutama yang berbahan baku empon-empon, mengkudu, daun sirih, bunga cranberry,
pengembangan minyak atsiri dan bahan alam potensial lain. Produk-produk tersebut diolah secara kimia untuk memanfaatkan senyawa
bioaktif yang terkandung di dalamnya. Produk yang mengandung senyawa bioaktif
tersebut, sangat bermanfaat bagi industri-industri obat, pangan dan kosmetika.
Senyawa bioaktif tersebut telah diketahui mempunyai efek antibacterial, antiviral,
antifungal, antioxidant, anticancer dan mempunyai kemampuan
aksi-farmakologi yang lain.
Kita semua
pasti tak asing dengan Gudeg sebuah makanan tradisional khas Yogyakarta.
Makanan yang terbuat dari nangka muda ini kebanyakan tersaji di warung, rumah
makan, maupun tempat lainnya. Sayang, kenikmatan Gudeg tidak bisa disajikan
dalam waktu lama. Gudeg hanya bisa bertahan tidak lebih dari tiga hari saja.
Berangkat dari
hal itu, Kurniadi bersama tim peneliti LIPI lainnya membuat penelitian cara
pengawetan Gudeg agar tahan lama. Riset dimulai sejak 2005 dan akhirnya
menghasilkan proses pengalengan makanan yang membuat Gudeg bisa tetap segar
selama setahun.
Prinsip
utamanya adalah menekan sesedikit mungkin terjadinya kontak udara pada tahap
pengepakan masakan Gudeg ke dalam kaleng. Untuk sterilisasi Gudeg dalam kaleng,
digunakan teknologi hampa udara dengan suhu melebihi 121 derajat Celcius dengan
tekanan dua atmosfer. Sehingga pada kondisi tersebut, bakteri pengurai mati.
Selain itu,
Kurniadi menandaskan bahwa Gudeg kaleng produk dari Gunung Kidul (LIPI
Yogyakarta) bebas pula dari bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai
pengawet.
Cara
Pengawetan
Proses
pengalengan Gudeg menggunakan kaleng ukuran 301 x 205 mm. Gudeg yang telah
dihasilkan, difortifikasi (ditingkatkan zat gizinya) dengan asparagus (sayuran)
untuk meningkatkan kandungan asam folatnya (vitamin). Hasil dari proses
tersebut kandungan Gudeg berubah dan lebih bergizi.
Pengalengan
dilakukan secara higienis dengan menggunakan peralatan modern yang telah
menerapkan Good Manufacture Processatau cara produksi pangan yang baik.
“Sehingga, produk Gudeg kaleng bisa terjamin secara kesehatan.
Langkah
1
Pengalengan diawali dengan bahan-bahan Gudeg yang telah siap diisikan ke dalam kaleng kemasan.
Pengalengan diawali dengan bahan-bahan Gudeg yang telah siap diisikan ke dalam kaleng kemasan.
Langkah
2
Pengisian larutan media.
Pengisian larutan media.
Langkah
3
Gudeg dalam kaleng masuk ke dalam alat penghampaan udara.
Gudeg dalam kaleng masuk ke dalam alat penghampaan udara.
Langkah
4
Proses sterilisasi
Proses sterilisasi
Langkah
5
Pendinginan
Pendinginan
2.4 Rumen sapi
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantung yang
menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja okstansif
bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk
akhir yang 7dapat diasimilasi. Papila berkembang dengan baik, sehingga luas
permukaan rumen bertambah 7 kalinya. Dari keseluruhan asam lemak terbang yang
diproduksi 85 % diabsorbsi dari epitel retikula rumen (Suriawiria 1990: 163)
Kondisi
dalam rumen adalah anaerobik, dan mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat
hidup dapat ditemukan didalamnya. Tekanan osmose pada7 rumen mirip dengan
tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 38-420C, kurang
lebih tetap dan pH dipertahankan oleh adanya absorpsi asam lemak dan amonia.
Saliva yang masuk ke dalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu
mempertahanan pH tetap pada 6,8. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar ion HCO3dan
PO4(Arora 1999: 10).
Rumen hewan pemamah biak mencerna makanan yang mengandung
selulosa dan polisakarida melalui sistem lambung dengan bantuan mikroba. Karena
didalam sistem lambung tersebut tidak tersedia enzim pemecah selulosa dan
menyebabkan terjadinya jalinan kehidupan seperti simbiosis antar mikroba
penghasil selulosa dengan sistem lambung hewan tersebut. Makanan hewan yang
berupa rumput-rumputan dan jenis daun-daunan yang lainnya. Bahan tersebut
sebagian besar ter7susun oleh polisakarida tananian dan selulosa yang tidak
larut dalam air, tetapi dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh sekelompok
mikroba, maka bahan-bahan tersebut dapat dicerna dan dimanfaatkan dalam
proses-proses metabolisme tubuh hewan (Suriawiria 1999: 163).
Selulosa,
hemiselulosa, dan pektin dapat dicerna dengan baik sedangkan lignin tidak dapat
dicerna sama sekali. ADF mengandung 15 % pentosan yang disebut “micellar
protein” yang kurang dapat dicerna melainkan karbohidrat jenis lainnya. Lignin
mempengaruhi proses pencernaan hanya jika berada di dalam dinding sel. Hal
inilah yang menyebabkan rumput dengan kandungan lignin rendah tetapi mempunyai
lebih banyak dinding sel kurang dapat dicerna dibandingkan Leguminoceae yang
memiliki lignin dua kali lebih banyak. Dan hal ini disebabkan Leguminoceae
rata-rata mempunyai kandungan dinding sel yang lebih rendah dari pada
rumput-rumputan Graminaceae (Arora 1999: 17).
Didalam rumen, spesies-spesies bakteri dan protozoa
yang berbeda-beda saling berinteraksi melalui hubungan simbiosis dan
menghasilkan produk-produk yang khas seperti selulosa, hemiselulosa, dan pati.
Melalui pencernaan polimer tumbuhan, bakteri-bakteri tertentu akan
bertanggungjawab dalam proses fermentasi pregastris membentuk asetat, propionat
butirat, CO2 dan H2. Spesies bakteri metanogenik
mempergunakan CO2, H2 dan formal untuk membentuk metana.
Beberapa spesies memproduksi monia dan asam lemak terbang berantai cabang dari
asam-asam amino tertentu (Suriawiria 1999: 168).
Kalau diketahui bahwa volume lambung sapi adalah 100
liter dan lambung kambing adalah 6 liter, maka sebenarnya dengan terjadinya
proses enzimatis di dalamnya, maka lambung tersebut adalah bejana fermentasi
(fermentator) alami yang menakjubkan, dengan temperatur konstan 39 0C.
Bahan makanan yang memasuki bejana tersebut akan tercampur dengan mikroba
fermentatif selama lebih kurang 9 jam. Selama itu bakteri selulolitik dan
protozoa akan menghidrolisis selulosa menjadi disakarida-selubiose dan
monosakarida glukosa (Suriawiria 1999: 163).
Saluran pencernaan manusia ataupun
hewan diperkirakan mengandung flora normal sampai 10 pangkat 12 bakteri pergram
isi seluruh cerna dan setidak-tidaknya terdiri atas 500 spesies yang sebagian
besar merupakan bakteri asam laktat (Drasar dan Hill, 1974 dalam salminan dan Wright, 1998: Gorbach, 2001). Sapi bali
merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yang dapat hidup hanya dengan
memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, dan memiliki daya cerna yang tinggi
terhadap makanan berserat (Bandini, 2003). Bertitik tolak pada sifat perintis
dan daya cernanya yang tinggi trhadap makanan berserat tersebut. Maka sangatlah
mungkin bahwa cairan rumen sapi bali (Suwardana.2007;155).
2.5 Biofuel
Biofuel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal
dari bahan organik. Jadi, definisibiofuel mencakup bahan bakar yang dibuat dari
tumbuhan maupun hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat diperbaharui, artinya
bahan bakar ini dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang bisa
ditumbuhkan atau dibiakkan (Arrasyi, 2008).
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah
setiap bahan bakar
baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari
bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung
dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri,
komersial, domestik atau pertanian. (Trihadiningrum, 1995).
BAB
III
OBYEK
Kegiatan KKL
A.
Pabrik Gula Madukismo, PT Madu Baru
PG-PS adalah satu diantara 17 pabrik yang
didirikan oleh Belanda dan berdiri sampai saat ini karena yang lainnya telah
dibumi hanguskan oleh Jepang. Pabrik ini satu-satunya yang memproduksi gula dan
alkhohol/spirtus. Pabrik ini dibangun pada tahun 1955 oleh Sri Sultan Hamangku
Buwono IX. Setelah kurang lebih 3 tahun berdiri baru dilaksanakan peresmian
oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958.
Dulunya pabrik ini hanya memproduksi gula, tapi
mulai tahun 1959 hingga saat ini mengelola gula dan alkhohol/spirtus. Tanggal
14 juni 1955 memiliki nama P2G MADU BARU PT. saat itu yang memegang saham
terbanyak dimilki Sri Sultan Hamangku Buwono IX yaitu 75%, sedangkan 25%nya
milik pemerintah RI. Saat ini sudah dirubah kepemilikan saham menjadi 65% milk
Sri Sultan Hamagku Buwono X, 35 % milik pemerintah (dikuasakan pada PT.
RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA, sebuah BUMN).
Maksud dan tujuan didirikannya pabrik yaitu agar
masyarakat Indonesia bisa menikmati hasil pertanian dalam negri tidak hanya
produk-produk dari luar. Sehingga pabrik tetap dipertahankan meskipun dulu
pernah ada pilihan yang mengakibatkan perusahaan dibawah pimpinan PT. RAJAWALI
NUSANTARA .
VISI
PT. MADU BARU menjadi perusahaan agro industri
yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.
MISI
1.
Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualiatas
untuk memenuhi permintaan masyarakat industri di Indonesia
2.
Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi
maju yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif,
memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan
degnan petani.
3.
Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung
bisnis inti.
4.
Menempatkan karyawan dan stake holders lainya
sebagai bagian terpenting dalamproses penciptaan keunggulan perusahaan dan
pendapaian share holder values.
Kemajuan-Kemajuan
Yang Dicapai
PG MADU KISMO
-
Desain awal 1.500 ton tebu perhari (tt)
-
Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi 2500 tth
-
Tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi 3000 tth
-
Tahun 2000 – sekarang berhasil mencapai hingga 3500 tth
PS MADU KISMO
-
Tahun 1976 awal 15.000 liter alcohol per hari
-
Tahun 2002 ditingkatkan menjadi 25000 liter per hari
B.
UPT BPPTK LIPI
(YOGYAKARTA)
Obyek selanjutnya adalah UPT BPPTK LIPI yang
bertempat di gunung kidul. VISI LIPI adalah Menjadi lembaga ilmu
pengetahuan nasional berkelas dunia yang dapat mendorong terwujutnya kehidupan
bangsa yang adil, cerdas, kreatif,
integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang
humanis. Mengacu visi LIPI di atas, maka ditetapkan arah dan tujuan UPT BPPTK
LIPI yaitu menjadi satuan kerja yang unggul, profesional dan humanis dalam
pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang
proses dan teknologi kimia,pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.
Sedangkan Misi
dari LIPI adalah:
1.
Menciptakan great science dan invensi yang dapat
mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
2.
Mendorong
(meningkatkan) pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance yang dapat memantapkan NKRI.
3.
Turut
serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan
prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan.
4.
Memperkuat
peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional.
5.
Memperkuat
infrasruktur kelembagaan (Penguatan manajemen dan sistem)
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses
dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat
UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia
(BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan
kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK)
LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian
dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar
di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut
adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan
pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan
administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari
3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak.
Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat
menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK
mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1.
kepada dunia ilmu pengetahuan
2.
kepada
masyarakat
3.
kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk
kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era
globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk
mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena
itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar
kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang
jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di
dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi,
sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu
tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri
yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu
Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5
km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Struktur
Organisasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta

film perang terbaik sepanjang masa
ReplyDelete